LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PARASITOLOGI
IDENTIFIKASI TELUR CACING
DALAM FESES 2
Disusun Oleh:
Lusia
Neva Deana
115017
AKADEMI ANALIS KESEHATAN THERESIANA
SEMARANG
2016
1. Hari/tanggal :
Selasa, 22 Maret 2016
2.
Tujuan :
a.
Mahasiswa
mampu menemukan telur cacing dalam feses dengan metode yang berbeda-beda.
b.
Mahasiswa
mampu membedakan penggunaan/metode yang digunakan.
c.
Mahasiswa
mampu mengidentifikasi metode yang efisien untuk identifikasi telur cacing.
d.
Mahasiswa
mampu memahami kekurangan dan kelebihan metode yang digunakan.
3.
Metode : Metode apung dan
Metode sedimentasi.
4.
Sample : Konsentrat
tinja No. B
5. Dasar teori :
Pemeriksaan
feses dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing ataupun larva
infektif. Pemeriksaan ini juga dimaksudkan untuk mendiagnosa tingkat infeksi
cacing parasit usus pada orang yang diperiksa fesesnya. (Gandahusada,dkk.
2000).
Identifikasi
parasit yang tepat memerlukan pengalaman dalam membedakan sifat sebagai
spesies, parasit, kista, telur, larva, dan juga memerlukan pengetahuan tentang
berbagai bentuk pseudoparasit dan artefak yang mungkin dikira suatu parasit.
Identifikasi parasit juga dalam keadaan hidup maupun sediaan yang telah
dipulas. Bahan yang akan diperiksa tergantung dari jenis parasitnya, untuk
cacing atau protozoa usus maka bahan yang diperiksa adalah tinja atau feses,
sedangkan parasit darah dan jaringan dengan cara biopsi, kerokan kulit maupun
imunologis. (Kadarsan, 2005)
Identifikasi
parasit tergantung dari persiapan bahan yang baik untuk memeriksa dengan
mikroskop, baik dalam keadaan hidup maupun sebagai satuan yang telah dipulas.
Hal yang menguntungkan adalah untuk mengetahui kira-kira ukuran daru
bermacam-macam parasit tetapi perbedaan individual tidak memungkinkan
membedakan spesies hanya dengan melihat besarnya. Tinja sebagai bahan
pemeriksaan harus dikumpulkan di dalam suatu tempat yang bersih dan kering
bebas dari urine. Identifikasi terhadap kebanyakan telur cacing dapat dilakukan
dalam beberapa hari setelah tinja dikeluarkan. (Kurt, 1999)
Flotation
method atau metode apung digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau
larutan gula jenuh yang didasarkan atas BJ (Berat Jenis) telur sehingga telur
akan mengaoung dan mudah diamati. Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses
yang mengandung sedikit telur. Cara kerjanya didasarkan atas BJ larutan yang
digunakan, sehingga telur-telur terapung dipermukaan dan juga untuk memisahkan
partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam tinja. Pemeriksaan ini hanya
berhasil untuk telur-telur, telur yang berpori-pori dari famili telur-telur ataupun telur yang infertil. (Neva, 1994)
Metode
sedimentasi adalah pemisahan larutan berdasarkan perbedaan BJ, dimana partikel
yang tersuspensi akan mengendap ke dasar wadah. Metode sedimentasi dilakukan
dengan memusingkan sampel atau larutan uji menggunaan centrifuge dengan
kecepatan (rpm) dan waktu tertentu, (Gandahusada, dkk, 2000)
Tehnik flotasi
pada metode apung untuk konsentrasi kista dan telur berdasarkan perbedaan BJ
antara larutan kimia tertentu (1120 sampai 1210) dan telur larva cacing seta
kista protozoa (1050 sampai 1150). Terutama yang dipakai adalah larutan gula,
NaCl atau ZnSO4. Telur dan kista mengapung dipermukaan larutan lebih berat,
sedangkan tinja tenggelam perlahan-lahan ke dasar. Flotasi ZnSO4 biasanya
sering dipergunakan dan lebih baik dari flotasi gula, NaCl, atau larutan garam
jenuh (brine). (Levine, 1990)
6. Alat dan Bahan :
Alat
·
Centrifuge
·
Mikroskop
·
Pipet
tetes
·
Bengkok
plastik
·
Tabung
reaksi
·
Deg
glass
·
Obyek
glass
Bahan
·
Zat
warna eosin
·
Konsentrat
tinja B
·
NaCl
fisiologis
·
NaCl
jenuh
·
Alkohol
70%
7. Prosedur
1)
Metode
Sedimentasi
-
Disiapkan
alat dan bahan
-
Diambil
3-4 tetes konsentrat tinja
-
Dimasukkan
dalam tabung reaksi
-
Ditambah
NaCl fisiologis hungga ¾ tabung, kemudian ditutup dengan kapas
-
Dicentrifuge
dengan kecepatan 2000 rpm selama 10 menit
-
Terbentuk
2 lapisan yakni lapisan jernih dan endapan
-
Dibuang
bagian yang jernih dengan jalan menuangkan tabung reaksi secara cepat dan
disisakan sedikit
-
Diambil
1 tetes dan ditambahkan 1 tetes eosin
-
Dihomogenkan
dan ditutup dengan deg glass
-
Diperiksa
di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x menggunakan sistem benteng
2)
Metode
flotasi (apung)
-
Disiapkan
alat dan bahan
-
Diambil
3-4 tetes konsentrat tinja
-
Dimasukkan
dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan
NaCl jenuh hingga tabung terisi penuh
-
Ditutup
dengan kaca penutup pada bagian mulut tabung
-
Diletakkan
pada rak tabung
-
Didiamkan
selama 1 jam, diletakkan pada tempat tahan getaran
-
Diambil
kaca penutup dan diletakkan di atas obyek glass
-
Diperiksa
di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x menggunakan sistem benteng
8.
Pengamatan
dan Hasil :
1)
Metode
Flotasi (Apung)
Tidak ditemukan
telur cacing cacing pada metode ini
2)
Metode
Sedimentasi
§
Telur
cacing tambang
§
Telur
cacing fertil
corticated
9. Pembahasan :
Pada praktek
kali ini, identifikasi telur cacing dengan menggunakan 2 metode yakni metode
apung atau method dan
metode sedimentasi. Tentu ada berbagai kelebihan dan kekurangan pada
masung-masing metode tersebut. Kelebihan dari metode adalah dapat digunakan untuk infeksi ringan dan berat,
telur juga dapat terlihat dengan jelas. Kekurangannya adalah penggunaan feces
terlampaui banyak dan memerlukan waktu yang
cukup lama, perlu ketelitian tinggi agar telur di permukaan larutan
tidak turun kembali. Sedangkan kelebihan pada metode sedimentasi kemungkinan
kesalahan pada teknis sangatlah minim. Kekurangannya ialah terdapat
partikel-partikel tinja.
Apabila
dilihat dari prosedur kerja, metode sedimentasi dan metode flotasi sebenarnya
sama-sama mudah. Jikalau dilihat dari waktu pembuatan lebih cepat metode
sedimentasi. Bila dilihat dari pengamatannya, metode sedimentasi lebih mudah
ditemukan telur cacing daripada metode apung. Seharusnya, metode apung juga
dapat ditemukan telur cacing, tetapi ada beberapa kesalahan dalam menuruti
prosedur metode apung dan pengambilan sample belum dihomogenkan terlebih dahulu.
Jadi, hanya diambil bagian yang atas saja, bukan bagian bawah.
Pemeriksaan
parasit dengan sample feces pada manusia atau hospes dapat dilakukan dengan
pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan feces secara kualitatif
yaitu pemeriksaan yang didasarkan pada ditemukannya telur pada masing-masing
metode pemeriksaan tanpa dihitung jumlahnya. Misalnya, metode apung yang
dilakukan pada praktikum kali ini.
Pada
pemeriksaan telur cacing dengan sample feces kali ini ditemukan 2 telur dengan
spesies cacing tambang dan cacing. Pada telur cacing telurnya fertil yang pastinya telur yang dibuahi dan di
dalamnya terdapat larva. Serta corticated, yang maksudnya adalah bentul oval
yang terdapat morula dan dinding 3 lapis, yakni: albuminoid, hialin dan lipid.
10. Kesimpulan :
Pada
identifikasi telur cacing metode sedimentasi dengan sample konsentrat tinja no.
B adalah telur cacing tambang dan telur fertil corticated. Pada identifikasi telur cacing metode apung
dengan sample konsentrat tinja no. B tidak ditemukan telur cacing. Serta kedua
metode tersebut yang paling mudah ialah metode sedimentasi.
11. Daftar Pustaka :
Gandahusada, S.W Pribadi dan D.I. Herry. 2000. Jakarta: FKUI.
Kadarsan, S. 2005. Bogor: Lembaga Biologi Nasional. LIPI.
Prof.dr.H.M.Sjaifoellah Noer. Jakarta: FKUI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar